DASAR TEORI
Pengertian umum
Jembatan
merupakan salah satu bentuk konstruksi yang berfungsi meneruskan jalan melalui
suatu rintangan. Seperti sungai, lembah dan lain-lain sehingga lalu lintas
jalan tidak terputus olehnya.
Syarat perencanaan jembatan
Pemilihan
bentuk jembatan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari lokasi jembatan tersebut.
Pemilihan lokasi tergantung medan dari suatu daerah dan tentunya disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat di daerah dengan kata lain bentuk dari
konstruksi jembatan harus layak dan ekonomis.
Perencanaan
konstruksi jembatan berkaitan dengan letaknya. Oleh beberapa ahli menentukan
syarat-syarat untuk acuan dari suatu perencanaan jembatan sebagai berikut :
·
Letaknya dipilih sedemikian rupa dari lebar pengaliran
agar bentang bersih jembatan tidak terlalu panjang.
·
Kondisi dan parameter tanah dari lapisan tanah dasar
hendaknya memungkinkan perencanaan struktur pondasi lebih efesien.
·
Penggerusan ( scow-ing ) pada penampang sungai hendaknya
dapat diantisipasi sebelumnya dengan baik agar profil saluran di daerah
jembatan dapat teratur dan panjang.
Dari
syarat-syarat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa pemilihan penepatan jembatan
merupakan salah satu dari rangkaian system perencanaan konstruksi jembatan yang
baik, namun demikian aspek–aspek yang lain tetap menjadi bagian yang penting,
misalnya saja system perhitungan konstruksi; penggunaan struktur ataupun
mengenai system nonteknik seperti obyektifitas pelaksana dalam merealisasikan
jembatan tersebut.
Peraturan
perencanaan jembatan
SNI 1725-2016
Pembebanan Jembatan.
Surat Edaran Dirjen Binamarga tentang Penyampaian Ketentuan Desain dan Revisi Jalan dan Jembatan.
Perencanaan dan pelaksanaan konstruksi jembatan gantung untuk pejalan kaki.
Rancangan 3 Penyambungan Tiang Pancang Beton Pracetak Untuk Fondasi Jembatan.
RSNI T 12-2004 Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan.
RSNI T-02-2005 Standar pembebanan untuk jembatan.
RSNI T-03-2005 perencanaan struktur baja untuk jembatan.
SNI 2451-2008 Spesifikasi pilar dan kepala jembatan sederhana bentang 5 m sampai dengan 25 m dengan pondasi tiang pancang.
SNI 2833-2008 Standar perencanaan tahan gempa untuk jembatan.
SNI 6747-2002 Tata cara perencanaan teknis pondasi tiang untuk jembatan.
Surat Edaran Mentri PU 07SEM2015 Pedoman Persyaratan Umum Perencanaan jembatan.
Surat Edaran Direktorat Jenderal Bina Marga tentang Tata Cara Pengecatan Elemen Jembatan.
Surat Edaran Dirjen Binamarga tentang Penyampaian Ketentuan Desain dan Revisi Jalan dan Jembatan.
Perencanaan dan pelaksanaan konstruksi jembatan gantung untuk pejalan kaki.
Rancangan 3 Penyambungan Tiang Pancang Beton Pracetak Untuk Fondasi Jembatan.
RSNI T 12-2004 Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan.
RSNI T-02-2005 Standar pembebanan untuk jembatan.
RSNI T-03-2005 perencanaan struktur baja untuk jembatan.
SNI 2451-2008 Spesifikasi pilar dan kepala jembatan sederhana bentang 5 m sampai dengan 25 m dengan pondasi tiang pancang.
SNI 2833-2008 Standar perencanaan tahan gempa untuk jembatan.
SNI 6747-2002 Tata cara perencanaan teknis pondasi tiang untuk jembatan.
Surat Edaran Mentri PU 07SEM2015 Pedoman Persyaratan Umum Perencanaan jembatan.
Surat Edaran Direktorat Jenderal Bina Marga tentang Tata Cara Pengecatan Elemen Jembatan.
Bagian konstruksi
jembatan
Bagian-bagian dari suatu jembatn terbagi dalam 3 bagian,
yaitu :
1.
Bangunan Atas (super struktur)
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang
menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban
lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll.
Bangunan atas
umumnya meliputi :
a)
Trotoar :
· Sandaran dan tiang
sandaran,
· Peninggian trotoar
(Kerb),
· Slab lantai
trotoar.
b)
Slab lantai kendaraan,
c)
Balok diafragma,
d) Gelagar (Girder),
e)
Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f)
Tumpuan (Bearing).
2.
Bangunan Bawah (sub struktur)
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh
beban struktur atas dan beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan,
tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya
beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.
Bangunan bawah
umumnya meliputi :
a)
Pangkal jembatan (Abutment),
·
Dinding belakang (Back wall),
·
Dinding penahan (Breast wall),
·
Dinding sayap (Wing wall),
·
Oprit, plat
injak (Approach slab)
·
Konsol pendek
untuk jacking (Corbel),
·
Tumpuan (Bearing).
b)
Pilar jembatan (Pier),
·
Kepala pilar (Pier Head),
·
Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau
portal,
·
Konsol pendek
untuk jacking (Corbel),
·
Tumpuan (Bearing).
3.
Fondasi
Fondasi
jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar.
Berdasarkan sistimnya, fondasi abutment atau pier jembatan
dapat dibedakan menjadi beberapa macam jenis, antara lain :
a)
Fondasi telapak (spread footing)
b)
Fondasi sumuran (caisson)
c)
Fondasi tiang (pile foundation)
·
Tiang pancang kayu (Log Pile),
·
Tiang pancang baja (Steel Pile),
·
Tiang pancang
beton (Reinforced Concrete Pile),
·
Tiang pancang
beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete Pile),
·
Tiang beton
cetak di tempat (Concrete Cast in Place),
·
Tiang pancang
komposit (Compossite Pile),
Bentuk-bentuk Jembatan
Struktur jembatan
mempunyai berbagai macam tipe, baik dilihat dari bahan strukturnya maupun bentuk
strukturnya. Masing-masing tipe struktur jembatan cocok digunakan untuk kondisi yang berbeda
sesuai perkembangan, bentuk jembatan berubah dari yang sederhana menjadi yang sangat
komplek. (Satyarno, 2003).
Secara garis besar
terdapat sembilan macam perencanaan
jenis jembatan yang dapat digunakan, yaitu :
1. Jembatan balok (beam bridge)
Jembatan balok adalah jenis jembatan yang paling sederhana
yang dapat berupa balok dengan perletakan sederhana (simple spens) maupun dengan perletakan menerus (continous spens).
2. Jembatan kantilever (cantilever bridges)
Jembatan kantilever adalah merupakan pengembangan
jembatan balok. Tipe jembatan kantilever ini ada dua macam yaitu tipe
cantilever dan tipe cantilever with suspended spans. Pada jembatan kantilever, sebuah pilar atau tower dibuat masing-masing sisi bagian yang akan
disebrangi dan jembatan dibangun menyamping berupa kantilever dari masing-masing tower.
3.
Jembatan lengkung
(arch bridge)
Jembatan lengkung adalah suatu tipe jembatan yang
menggunakan prinsip kestabilan dimana gaya-gaya yang bekerja di atas jembatan
di transformasikan ke bagian akhir lengkung atau abutment.
4.
Jembatan rangka
(truss bridge)
Jembatan rangka dibuat dari struktur rangka yang
biasanya terbuat dari bahan baja dan dibuat dengan menyambung beberapa batang
dengan las atau baut yang membentuk pola-pola segitiga.
5.
Jembatan gantung
(suspension bridge)
Jembatan gantung terdiri dari dua kabel besar atau
kabel utama yang menggantung dari dua pilar atau tiang utama dimana ujung-ujung
kabel tersebut diangkurkan pada fondasi yang biasanya terbuat dari beton.
6.
Jembatan kabel
(cable stayed bridge)
Jembatan kabel merupakan suatu pengembangan dari
jembatan gantung dimana terdapat juga dua pilar atau tower, akan tetapi pada jembatan kabel dek jembatan langsung dihubungkan ke tower dengan menggunakan kabel-kabel yang membentuk formasi diagonal.
7.
Jembatan
bergerak (movable bridges)
Jembatan bergerak biasanya dibuat pada sungai dimana kapal besar yang lewat memerlukan
ketinggian yang cukup tetapi pembuatan jembatan dengan pilar sangat tinggi dianggap tidak ekonomis. Ada tiga macam tipe jembatan bergerak yaitu :
·
Jembatan terbuka
(bascule bridges).
·
Jembatan
terangkat vertikal (verticalift bridges).
·
Jembatan
berputar (swing bridges).
8.
Jembatan
terapung (floating bridges)
Jembatan terapung dibuat dengan mengikatkan dek jembatan pada ponton-ponton sebagaimana
dilihat pada gambar 2.39. Ponton-ponton ini biasanya jumlahnya banyak sehingga
jika salah satu ponton terjadi kebocoran maka tidak begitu mempengaruhi atau membahayakan
kestabilan jembatan apung secara keseluruhan. Kemudian ponton yang
terjadi
kebocoran ini dapat diperbaiki.
9.
Jembatan
kombinasi (combination bridges)
Jembatan kombinasi adalah jembatan yang menggunakan
lebih dari satu jenis jembatan. Hal ini terutama untuk jembatan dengan bentang sangat
besar dimana penggunaan satu jenis jembatan tidak ekonomis.
Pembebanan pada Jembatan
Dalam perencanaan
struktur jemabatan secara umum, khususnya jembatan komposit, hal yang perlu
sekali diperhatikan adalah masalah pembebanan yang akan bekerja pada struktur
jembatan yang dibuat.
Ada beberapa macam
pembebanan yang bekerja pada struktur jembatan, yaitu :
1.
Beban Primer
Beban
primer merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan
jembatan, yang terdiri dari: beban mati, beban hidup, dan beban kejut.
·
Beban mati
Beban mati adalah beban yang berasal dari berat
jembatan itu sendiri yang ditinjau dan termaksud segala unsur tambahan tetap
yang merupakan satu kesatuan dengan jembatan. Untuk menemukan besar seluruhnya
ditentukan berdasarkan berat volume beban.
·
Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari
berat kendaraan-kendaraan yang bergerak dan pejalan kaki yang dianggap bekerja
pada jembatan.
·
Beban
kejutan/Sentuh
Beban kejut merupakan factor untuk memperhitungkan
pengaruh-pengaruh getaran dan pengaruh dinamis lainnya.
2.
Beban Sekunder
Beban
sekunder adalah beban yang merupakan beban sementara yang selalu diperhitungkan
dalam penghitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan.
·
Beban Angin
Dalam perencanaan jembatan rangka batang, beban
angin lateral diasumsikan terjadi pada dua bidang yaitu:
a) Beban angin pada rangka utama.
Beban angin ini dipikul oleh ikatan
angin atas dan ikatan angin bawah.
b) Beban angin pada bidang kendaraan.
Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin bawah
saja. Dalam perencanaan untuk jembatan terbuka, beban angin yang terjadi
dipikul semua oleh ikatan angin bawah.
·
Gaya Akibat
Perbedaan Suhu
Perbedaan suhu harus ditetapkan sesuai dengan
keadaan setempat yaitu dengan perbedaan suhu.
a) Bangunan Baja
Perbedaan
suhu maksimum-minimum= 300C
Perbedaan
suhu antara bagian-bagian jembatan= 150C
b) Bangunan Beton
Perbedaan
suhu maksimum-minimum= 150C
Perbedaan
suhu antara bagian-bagian jembatan=100C
c) Gaya Rangkak dan Susut
Diambil
senilai dengan gaya akibat turunnya suhu sebesar 150C
d) Gaya Rem dan Traksi
Pengaruh
ini diperhitungkan dengan gaya rem sebesar 5% dari beban “D” tanpa koefisien
kejut. Gaya re mini bekerja horizontal dalam arah jembatan dengan titik tangkap
setinggi 1,80 m dari permukaan lantai jembatan.
·
Gaya Akibat
Gempa Bumi
Bekerja
ke arah horizontal pada titik berat kontruksi.
·
Gaya Gesekan
Pada Tumpuan Bergerak
Ditinjau
hanya beban mati (ton). Koefisien gesek karet dengan baja atau beton= 0,10
sampai dengan 0,15.
3.
Beban Khusus
Beban
khusus yaitu beban-beban yang khususnya bekerja atau berpengaruh terhadap suatu
struktur jembatan. Misalnya: gaya sentirfugal, gaya gesekan pada tumpuan, beban
selama pelaksanaan pekerjaan struktur jembatan, gaya akibat tumbukan
benda-benda yang hanyut dibawa oleh aliran sungai.
·
Gaya sentrifugal
Konstruksi
yang ada pada tikungan harus diperhitungkan gaya horizontal radial yang
dianggap bekerja horizontal setinggi 1,80 m di atas lantai kendaraan dan
dinyatakan dalam % terhadap beban “D”.
·
Gaya Gesekan
pada Tumpuan
Gaya
gesekkan ditinjau hanya timbul akibat beban mati (ton). Sedangkan besarnya
ditentukan berdasarkan koefisien gesekan pada tumpuan yang bersangkutan dengan
nilai :
a)
Tumpuan rol
Dengan
1 atau 2 rol :0,01
Dengan
3 atau lebih :0,05
b)
Tumpuan gesekan
Antara tembaga dengan campuran tembaga keras =0,15
Antara baja dengan baja atau baja
tuang =0,25
·
Gaya Tumbukkan
pada Jembatan Layang
Untuk
memperhitungkan gaya akibat antara pier (bangunan penunjang jembatan diantara
kedua kepala jembatan) dan kendaraan, dapat dipikul salah satu dan kedau
gaya-gaya tumbukkan horizontal:
a)
Pada jurusan
arah lalulintas sebesar………………..100 ton
b)
Pada jurusan
tegak lurus arah lalulintas……………50 ton
·
Beban dan Gaya
selama pelaksanaan
Gaya
yang bekerja selama pelaksanaan harus ditinjau berdasarkan syarat-syarat
pelaksanaan.
·
Gaya Akibat
Aliran Air dan Benda-benda Hanyut
Tekanan aliran pada suatu pilar dapat dihitung
dengan rumus:
P=KxV2
Dimana:
P= tekanan aliran air (t/m2)
V= Kecepatan aliran air (m/det)
K= koefisien yang
bergantung pada bentuk pier.
4.
Kombinasi Pembebanan
Kontruksi
jembatan beserta bagian-bagiannya harus ditinjau dari kombinasi pembebanan dan
gaya yang mungkin bekerja. Sesuai dengan sifat-sifat serta
kemungkinan-kemungkinan pada setiap beban, tegangan yang digunakan dalam kekuatan
pemeriksaan kontruksi yang bersangkutan dinaikkan terhadap tegangan yang diizinkan
sesuai dengan elastis.
Nama : Irwan Ely Nama Dosen : I Kadek Bagus Widana Putra
NPM : 13316604 Jurusan : Teknik Sipil
Kelas : 3TA03 UNIVERSITAS GUNADARMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar